Hans Christian Andersen

Siapa yang suka dongeng, tunjuk tangan! Wah-wah-wah … ternyata PCPK’ers banyak yang menyukai dongeng, ya. Bagus kalau begitu. Terus, siapa yang pernah mendengar dongeng Putri Salju, Putri Duyung, dan Itik Buruk Rupa? Hebat! Ternyata kalian semua pernah mendengar dongeng-dongeng legendaris itu. Nah, sekarang coba jawab pertanyaan ini: apakah kalian tahu siapa pengarang dongeng-dongeng tersebut? Hayo … yang tahu tunjuk tangan lagi. Wah, ternyata cuma sedikit, ya, yang tunjuk tangan. Oke, jawabannya adalah: H.C. Andersen.

Siapakah H.C. Andersen itu? Bagi Teman-Teman yang belum mengetahui H.C. Andersen, di sini PCPK akan menulis biografi tentang pendongeng legendaris berkebangsaan Denmark itu.

Oke, mari kita mulai!

Masa Kecil H.C. Andersen
Hans Christian Andersen atau lebih dikenal sebagai H.C. Andersen adalah seorang pendongeng ulung. Ia lahir di Odense, Denmark bagian selatan, pada 2 April 1805, tepatnya di kawasan kumuh kota Odense. Ayahnya bernama Hans Andersen, seorang pembuat sepatu yang miskin, buta huruf, tapi selalu merasa dirinya masih keturunan bangsawan. Ibunya bernama Anne Marie Andersdatter, bekerja sebagai buruh cuci.

Walau besar dalam keluarga miskin dan tidak pernah sekolah, sejak kecil H.C. Andersen sudah mengenal berbagai cerita dongeng dan cerita rakyat dari ibunya. Ia juga sering diajak menonton pertunjukan sandiwara oleh ayahnya yang seorang pencinta sastra. Pengalaman dari orangtua itulah yang membuat H.C. Andersen tertarik dengan cerita dan sandiwara, termasuk karya William Shakespeare.

Masa-Masa Menyedihkan
Ketika H.C. Andersen berusia 11 tahun, ayahnya meninggal dunia. Di usia yang sangat muda itu ia sudah menjadi anak yatim. Menyedihkan sekali, bukan? Akhirnya H.C. Andersen bekerja serabutan untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Ia pernah bekerja di pabrik rokok dan pernah bekerja sebagai penenun.

Tiga tahun kemudian, tepatnya pada 1819, ia pindah ke Kopenhagen, ibu kota Denmark. Di sana ia ingin menjadi seorang aktor, penyanyi, atau penari. Awalnya, Andersen sempat bergabung dengan Royal Theater, tetapi ketika suaranya berubah karena masa pubertas, ia terpaksa meninggalkan panggung sandiwara. Kemudian ia memilih untuk menjadi seorang penulis. Ia pernah mencoba menulis beberapa naskah sandiwara, tapi sayang, semua karyanya ditolak di mana-mana. Tiga tahun berada di kota Kopenhagen, kehidupan H.C. Andersen terlihat begitu menyedihkan.

Kehidupan H.C. Andersen Mulai Membaik
Pada masa-masa menyedihkan itulah H.C. Andersen bertemu dengan Raja Denmark, Frederik VI. Raja Frederik tertarik dengan penampilan H.C. Andersen muda. Raja Frederik kemudian mengirimkan Andersen untuk bersekolah. Berkat kebaikan Raja, Andersen berkesempatan mengenyam pendidikan bahasa di Slagelse dan Elsinore hingga 1927. Sebelum sekolah, ia sempat menerbitkan jilid pertama karyanya yang berjudul The Gost at Palnatoke's Grave (1822).

Di bangku sekolah, Andersen termasuk siswa tertinggal, sebab dia menjalaninya dengan setengah hati. Dia merasa sangat tidak nyaman berada di tengah para siswa yang berusia enam tahun lebih muda dari dirinya. Ya, di kelas itu ia adalah yang paling tua umurnya. Kepala sekolahnya yang bernama Meilsing, yang rumahnya sempat ditempati Andersen, menyebut karakter H.C. Andersen sangat sensitf.

Setamat dari sekolah bahasa, Andersen melanjutkan studi ke Universitas Kopenhagen. Salah seorang direktur Royal Theater, Jonas Collin, membiayai pendidikan H.C. Andersen sampai tamat. Sambil kuliah, pada 1828, H.C. Andersen menulis kisah perjalanan yang berjudul Fodreise fra Holmens Kanal Til Ostpynten af Amager (Berjalan kaki dari Kanal Holmen ke Titik Timur Amager).

Kisah ini mendapat sambutan yang luar biasa. H.C. Andersen menggarap ceritanya dengan meminjam gaya penulisan E.T.A Hoffmann, seorang pengarang roman asal Jerman. Sejak itu, puisinya yang berjudul The Dying Child diterbitkan oleh sebuah jurnal sastra di Kopenhagen. Pada tahun 1829, Royal Theater juga mementaskan drama musik karya H.C. Andersen.

Keliling Dunia
H.C. Andersen pergi berkelana ke luar negeri. Hingga 1833, Raja Frederick VI bersedia membiayai seluruh perjalanan Andersen ke Prancis, Swedia, Spanyol, Portugal, Italia, bahkan hingga Timur Tengah.

Berbagai kunjungan itu melahirkan setumpuk kisah perjalanan. Ketika berkunjung ke Paris, Andersen bertemu Victor Hugo, Alexandre Dumas, Heinrich Heine, dan Balzac. Di tengah perjalanan panjang ini pula, ia sempat menyelesaikan penulisan Agnette and the Merman.

Pada awal 1835, novel pertama Andersen terbit dan meraih sukses besar. Sebagai novelis, ia membuat terobosan lewat The Imrpvisator, karya yang ditulisnya pada tahun yang sama. Cerita yang mengambil seting Italia ini mencerminkan kisah hidupnya sendiri; melukiskan upaya seorang bocah miskin masuk ke dalam lingkungan pergaulan masyarakat. Malah sampai akhir hayatnya, buku The Improvisator inilah yang paling banyak dibaca orang banyak dibandingkan dengan karya-karya Andersen yang lain. Sejak buku ini terbit, masa-masa sulit Andersen mulai berubah.

Karya-Karya H.C. Andersen
Untuk menggenapkan karyanya, Andersen melahirkan karya-karya novel baru pada 1836 dan 1837. Disamping puluhan cerita dongeng yang terbit dalam kurun waktu tersebut, novel kedua, O.T dan Only A Fiddler.

Walaupun novel-novelnya mendapat sambutan besar, nama H.C. Andersen di dunia justru menjulang sebagai penulis dongeng anak-anak. Pada 1835, ia meluncurkan cerita anak-anak Tales for Children dalam bentuk buku saku berharga murah. Lalu kumpulan cerita berjudul Fairy Tales and Story ditulisnya dalam kurun 1836-1872.

Serial anak-anaknya yang kebanyakan terbit pada hari Natal itu tidak hanya kisah-kisah yang dibuat olehnya. Andersen juga menulis kembali dongeng anak-anak yang selalu didengarnya semasa kecil. Sepanjang hayatnya ia menulis 156 cerita. Dari jumlah itu, 12 dongeng ditulisnya berdasarkan cerita rakyat Denmark. Selebihnya merupakan cerita khayali yang lahir dari buah pikirannya sendiri.

Dua dari cerita dongengnya yang amat kesohor, The Little Mermaid (Putri Duyung) dan The Emperor's New Clothes, diterbitkan dalam kumpulan cerita pada 1837. Tujuh dongengnya yang lain: Little Ugly Duckling (Itik Buruk Rupa), The Tinderbox, Little Claus and Big Claus, Princess and the Pea, The Snow Queen (Putri Salju), The Nightingale, dan The Steadfast Tin Soldier, juga dikenal di berbagai belahan dunia sebagai cerita yang kerap didongengkan pada anak-anak. Ia memasukkan pesan dan nilai moral dalam ceritanya tanpa menggurui sama sekali.

Bisa dilihat dari kisah dongeng The Emperor's new Clothes. Pesan bahwa keserakahan itu tidak baik disampaikan H.C. Andersen lewat parodi raja lalim yang cukup menggelikan itu. Salah satu ciri lain yang menonjol dalam cerita dongeng H.C. Andersen adalah hadirnya kaum miskin dan mereka yang tidak beruntung dalam hidup.

Pengaruh Karya H.C. Andersen di Dunia Kisah Anak-Anak
Cerita-cerita dongeng H.C. Andersen memang berisi pesan-pesan moral universal. Maka tidak mengherankan bila karya-karyanya itu kemudian diterjemahkan ke dalam 147 bahasa di dunia. Buah tangannya pun bukan hanya sebatas "pelajaran" untuk anak-anak, melainkan dibaca oleh orang dewasa di seluruh dunia.

Bukan itu saja, H.C. Andersen disebut-sebut memberikan banyak pengaruh kepada para penulis cerita lainnya di Eropa. Sebut saja Charles Dickens, William Thackeray, Oscar Wilde, dan C.S Lewis.

Dalam kurun 1840 hingga 1857, Andersen kembali berkunjung ke sejumlah negara Eropa, Turki, dan Afrika dan menuliskan kesan dalam buku-buku yang menuliskan kisah perjalanannya. Pada tahun 1855, Andersen menulis ulang memoarnya yang berjudul The Fairy Tale of My Life. Kisah hidup edisi ulang itulah yang hingga kini dinilai sebagai buku standar riwayat pendongeng legendaris ini.

Akhir Hidup H.C. Andersen
Setelah berkelana lagi di Paris, Andersen jatuh sakit pada musim semi 1872. beberapa penyakit menggerogoti lelaki kurus ini. Selama tiga tahun terbaring tanpa daya di Rolighed dekat Kopenhagen, pengarang legendaris ini wafat pada 4 Agustus 1875, ketika ia berusia 70 tahun. Ia dimakamkan dipemakaman khusus Kopenhagen. Sepanjang hayatnya, H.C Andersen tidak pernah menikah.

Selesai!

Bagaimana, PCPK’ers? Kisah hidup H.C. Andersen sangat menginspirasi, ya. Semoga setelah membaca biografi H.C. Andersen, semangat kalian dalam menulis kembali menyala. Terima kasih karena telah membaca tulisan ini sampai selesai. Nantikan biografi penulis klasik lainnya di blog PCPK kesayangan kalian ini. Selamat menulis! (PCPK/dari beragam sumber)

Sumber bacaan:

comment 4 komentar:

Naila Inayah M on 21 September 2013 pukul 18.44 mengatakan...

Waw kereeen...

Escara Cathy on 25 November 2014 pukul 15.23 mengatakan...

Keren dan Menarik!

Unknown on 8 Januari 2015 pukul 17.02 mengatakan...

:) Semoga bs kayak H.C. Andersen amiin :) ternyata, di dunia kepenulisan banyak jg org sukses. Kereeeen ^.^

galang aditya mahardhika on 12 Februari 2015 pukul 01.17 mengatakan...

Sukses

Posting Komentar

Jangan malu-malu berkomentar, ya.


 
Powered by Blogger